Sampaikan Pada Yesus: Lukas 17:11-19 Refrensi Tambahan Khotbah Minggu Invokavit, GBKP Minggu 09 Maret 2025

 


Minggu Invokavit mengingatkan kita untuk datang kepada Tuhan dalam segala keadaan, terutama di tengah penderitaan. Kisah sepuluh orang kusta dalam Lukas 17:11-19 mengajarkan bahwa Yesus adalah satu-satunya sumber pertolongan sejati. Mereka yang menderita harus membawa segala keluh kesahnya kepada Yesus, sebagaimana yang dinyatakan dalam Yeremia 29:12: "Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu." Inilah alasan kuat mengapa kita harus menyampaikan segala permasalahan kepada-Nya.

Penderitaan dan Kerendahan Hati dalam Permohonan

Penderitaan sering kali membawa manusia pada titik terendah dalam hidupnya. Dalam Mazmur 22:1-12, pemazmur mencurahkan kesengsaraannya di hadapan Tuhan dengan penuh kerendahan hati, sama seperti sepuluh orang kusta yang berseru, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" (Luk. 17:13). Mereka menyadari bahwa hanya Yesus yang dapat memulihkan mereka. Begitu pula kita, ketika menghadapi penderitaan, kita harus datang kepada Yesus dengan hati yang rendah dan berserah, bukan dengan sikap menuntut atau meragukan kuasa-Nya. Adakah kita sudah benar-benar berseru kepada Yesus dengan hati yang hancur dan percaya penuh?

Penderitaan sebagai Bagian dari Kehidupan

Penderitaan memiliki berbagai asal-usul:

1.      Akibat dosa – Penderitaan dapat muncul sebagai konsekuensi dari kesalahan dan pelanggaran manusia.

2.      Sejak lahir – Seperti penyakit kusta yang diderita oleh mereka dalam Lukas 17, ada penderitaan yang tidak dapat dihindari karena faktor bawaan.

3.      Sebagai bagian dari proses kehidupan – Penderitaan sering kali digunakan Tuhan untuk membentuk iman dan karakter kita.

Dalam segala bentuk penderitaan ini, kita diajak untuk membawa semuanya kepada Yesus. Tidak ada penderitaan yang terlalu berat untuk disampaikan kepada-Nya, sebab Dialah sumber pemulihan sejati. Namun, apakah kita menyadari bahwa di balik penderitaan, Tuhan sedang mengundang kita untuk semakin dekat dengan-Nya?

Penderitaan Membawa Kita pada Kebersamaan dalam Kristus

Sepuluh orang kusta datang kepada Yesus bersama-sama, meskipun salah satunya adalah orang Samaria. Ini menunjukkan bahwa penderitaan seharusnya menyatukan, bukan memisahkan. Mereka tidak menajiskan satu sama lain, tetapi justru bersatu dalam harapan kepada Yesus.

Sayangnya, sering kali dalam gereja masa kini, kita masih melihat sekat-sekat yang memisahkan. Ada batasan berdasarkan latar belakang sosial, denominasi, bahkan perbedaan pandangan teologis. Tetapi kisah ini mengajarkan bahwa dalam penderitaan dan pencarian keselamatan, kita harus bersatu sebagai tubuh Kristus tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Apakah kita sudah membuka hati untuk merangkul mereka yang berbeda dengan kita?

Yesus, Sumber Kesembuhan Sejati

Setelah disembuhkan, sembilan orang kusta pergi ke imam untuk mendapatkan penerimaan di Bait Allah. Namun, hanya satu, yaitu orang Samaria, yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang lebih mencari pengakuan manusia daripada datang kepada Tuhan sendiri. Ironi ini masih terjadi dalam gereja masa kini, di mana jemaat sering kali lebih mengutamakan pendeta daripada Yesus sendiri. Bahkan, ada pemimpin gereja yang menikmati penghormatan berlebihan, memperdagangkan kuasa Tuhan daripada mengarahkan jemaat kepada-Nya.

Apakah kita datang kepada Tuhan hanya ketika kita membutuhkan sesuatu? Apakah kita lebih mencari pengakuan dari manusia dibandingkan mempersembahkan hati yang penuh syukur kepada Yesus?

Menerima dan Menyampaikan Penderitaan dengan Kasih

Dalam Lukas 17, orang Samaria yang telah sembuh tetap ditolak oleh imam-imam Yahudi, tetapi Yesus menerimanya. Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak memberikan batasan dalam menerima orang lain, bahkan mereka yang kita anggap sebagai musuh. Jangan sampai kita menciptakan alasan untuk menolak sesama, sebab Yesus sendiri tidak menolak siapa pun yang datang kepada-Nya. Adakah kita masih menyimpan sekat-sekat yang menghalangi kasih Tuhan menjangkau orang lain melalui kita?

Keselamatan yang Melebihi Kesembuhan Fisik

Yesus berkata kepada orang Samaria yang kembali, "Imanmu telah menyelamatkan engkau." (Luk. 17:19). Kesembilan orang lainnya hanya menerima kesembuhan fisik, tetapi yang satu ini menerima keselamatan dan pembebasan rohani. Ini mengingatkan kita bahwa iman kepada Yesus bukan hanya tentang mendapatkan solusi atas masalah duniawi, tetapi tentang menerima kehidupan kekal.

Sering kali, kita berdoa untuk kesembuhan, kelancaran usaha, dan keberhasilan hidup, tetapi apakah kita juga berdoa untuk keselamatan jiwa kita? Apakah kita lebih mengutamakan perkara duniawi dibandingkan hubungan kekal dengan Yesus?

Kesimpulan

Minggu Invokavit mengajarkan bahwa dalam penderitaan, kita harus datang kepada Yesus dengan kerendahan hati, bersatu dalam iman, dan tidak mencari pengakuan manusia. Kita harus menyampaikan segala keluh kesah kepada-Nya, sebab Dialah satu-satunya sumber pemulihan sejati. Kiranya kita tidak hanya mencari kesembuhan fisik, tetapi juga keselamatan yang sejati dalam Yesus Kristus.

Hari ini, marilah kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku telah sungguh-sungguh datang kepada Yesus? Atau apakah aku hanya mencari-Nya ketika aku butuh sesuatu? Jangan menjadi seperti sembilan orang kusta yang pergi tanpa bersyukur. Datanglah pada Yesus, bukan hanya dengan kebutuhan, tetapi dengan hati yang penuh kasih dan pengabdian. Amin.

Komentar