SEKIRANYA DALAM DIRI KITA MEMILIKI HIKMAT TUHAN (Refleksi 1 Korintus 2:6-16 dalam Menyongsong Sidang Majelis Sinode GBKP 2025)

 


Ada saat-saat dalam kehidupan gereja yang bukan sekadar rutinitas administrasi atau pergantian kepemimpinan semata, melainkan momen sakral yang menentukan arah perjalanan rohani dan visi pelayanan di masa depan. Sidang Majelis Sinode Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang akan berlangsung pada 23-30 April 2025 adalah salah satu momen tersebut. Bukan hanya sekadar forum musyawarah, tetapi kesempatan bagi kita semua untuk mendengar dan merasakan pimpinan Tuhan dalam pembaharuan Tata Gereja serta pemilihan Pemimpin Sinodal (Moderamen).

Namun, apakah kita sudah benar-benar siap untuk masuk dalam momen ini dengan hati yang penuh hikmat? Apakah kita telah membuka diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus, atau justru datang dengan agenda pribadi, keinginan kelompok, atau bahkan kecenderungan untuk mendominasi? Inilah saatnya kita bercermin melalui firman Tuhan dan menakar hati kita masing-masing.

Hikmat Tuhan: Panggilan untuk Berjalan dalam Terang-Nya

Rasul Paulus dalam 1 Korintus 2:6-16 dengan tegas membedakan antara hikmat dunia dan hikmat Tuhan. Hikmat dunia sering kali berakar pada kebijaksanaan manusia yang mengutamakan strategi, kekuasaan, dan kepentingan diri. Sebaliknya, hikmat Tuhan melampaui akal manusia, karena itu berasal dari Roh Kudus yang menuntun kita kepada kebenaran sejati.

Hikmat Tuhan tidak bisa diperoleh melalui kecerdasan semata, melainkan melalui kerendahan hati dan keterbukaan terhadap pekerjaan Roh Kudus. Ketika hikmat dunia mengajarkan bahwa kekuatan dan pengaruh adalah kunci keberhasilan, hikmat Tuhan mengajarkan bahwa pelayanan adalah panggilan tertinggi. Ketika hikmat dunia membangun tembok pemisah berdasarkan kepentingan kelompok, hikmat Tuhan mempersatukan dalam kasih Kristus.

Prinsip-Prinsip Hikmat Tuhan dalam Menyongsong Sidang Sinode

Untuk menghadapi Sidang Majelis Sinode GBKP 2025 dengan hati yang siap, ada beberapa prinsip penting yang harus kita hidupi:

1.      Memiliki Pikiran Kristus (1 Korintus 2:16)
Paulus mengingatkan bahwa kita telah menerima pikiran Kristus, bukan pikiran dunia. Ini berarti kita harus menempatkan kepentingan Kristus di atas kepentingan pribadi. Apakah keputusan yang kita ambil mencerminkan kasih dan kebenaran Kristus? Ataukah kita lebih cenderung mencari keuntungan sendiri?

2.      Menolak Godaan Hikmat Dunia (1 Korintus 2:6)
Dalam setiap momen penting gereja, selalu ada godaan untuk mengandalkan kecerdasan manusia lebih dari tuntunan Roh Kudus. Kita harus waspada agar tidak terjebak dalam ambisi dan perpecahan, melainkan mengizinkan Roh Kudus yang memimpin proses ini dengan kasih dan keadilan.

3.      Mengutamakan Kesatuan dalam Kasih (Efesus 4:3)
Gereja bukanlah panggung bagi perebutan kepentingan, tetapi tubuh Kristus yang dipanggil untuk melayani. Setiap peserta sinode maupun jemaat yang mendukung dari jauh harus memiliki hati yang terbuka untuk mendengarkan satu sama lain, bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk membangun.

4.      Berdoa dan Berserah kepada Roh Kudus (1 Korintus 2:10-12)
Hikmat Tuhan tidak dapat dipaksakan atau dimanipulasi. Ia hanya dapat diterima oleh mereka yang bersedia untuk dituntun oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, doa harus menjadi inti dari setiap persiapan, diskusi, dan keputusan yang diambil dalam sinode ini.

5.      Menjadi Satu Tubuh dalam Kristus (1 Korintus 12:12-27)
Kita semua memiliki peran yang berbeda dalam gereja, tetapi semuanya penting di hadapan Tuhan. Jangan biarkan perbedaan pendapat menjadi alasan untuk perpecahan, tetapi jadikanlah perbedaan sebagai sumber kekuatan untuk mencapai tujuan bersama.

Mempersiapkan Hati dengan Hikmat Tuhan

Ketika kita mendekati tanggal 23 April 2025, marilah kita semua mengambil waktu untuk merenungkan kembali motivasi kita dalam mengikuti sinode ini. Apakah kita datang dengan hati yang dipenuhi oleh kasih dan kerinduan untuk membangun gereja Tuhan? Ataukah kita membawa ambisi pribadi yang tidak sejalan dengan kehendak-Nya?

Dalam doa dan perenungan, kita diajak untuk kembali kepada hikmat Tuhan. Hikmat yang mengajarkan kita untuk mengutamakan pelayanan di atas kekuasaan, untuk mendengar sebelum berbicara, untuk memahami sebelum menghakimi, dan untuk mencintai lebih dari sekadar memenangkan argumen.

Kiranya Roh Kudus menuntun setiap peserta sinode, setiap pemimpin gereja, dan seluruh jemaat GBKP dalam proses ini. Bukan kehendak kita yang terjadi, melainkan kehendak Tuhan. Bukan kebijaksanaan kita yang mendominasi, melainkan hikmat Tuhan yang memimpin. Dengan demikian, gereja ini akan semakin bertumbuh, bukan hanya secara struktural, tetapi juga secara rohani, menjadi terang bagi dunia. Amin.

 

Komentar