Sabtu, setelah Jumat yang kelam. Hari di mana langit
tidak lagi berguncang, dan dunia tampak kembali tenang—namun hati para pengikut
Yesus porak-poranda. Sabtu itu, Yesus telah dikuburkan. Tidak ada mukjizat,
tidak ada pengajaran, tidak ada suara dari langit. Yang ada hanyalah
keheningan, kesedihan, dan ketakutan yang menyesakkan dada.
Di Tengah Kesunyian Kubur
Yohanes 19:38-42 menggambarkan dengan lembut dan
penuh hormat prosesi penguburan Yesus oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus.
Dua pria yang dulunya diam, kini justru tampil berani di saat para murid
lainnya tersembunyi dalam ketakutan. Mereka mempersiapkan kubur, membawa
rempah-rempah, dan membungkus tubuh Yesus dengan kain lenan. Tindakan itu bukan
sekadar pemakaman, melainkan pernyataan kasih dan iman dalam kesunyian.
Namun di balik tindakan penuh hormat itu, dunia para
murid hancur. Mereka tidak hanya kehilangan seorang guru, mereka kehilangan
harapan. Mereka merasa gagal. Petrus menyangkal Yesus. Murid-murid lain
melarikan diri. Hati mereka dipenuhi rasa malu, takut akan ditangkap, dan
kehilangan arah.
Mengapa Mereka Takut?
Ketakutan para murid sangat manusiawi. Ada beberapa
alasan mendalam:
1. Kehilangan
seorang pemimpin dan harapan.
Mereka telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. Kini, Dia mati—di
tiang salib, dengan cara yang memalukan. Apa artinya semua ini?
2. Ancaman
dari otoritas religius dan politis.
Jika Yesus yang kudus dan penuh kuasa saja bisa ditangkap dan dibunuh,
bagaimana nasib para pengikut-Nya?
3. Ketakutan
akan mengalami nasib yang sama.
Mereka tahu para pemimpin Yahudi tidak berhenti pada Yesus. Para murid bisa
saja target selanjutnya.
4. Rasa
malu dan penyesalan.
Mereka meninggalkan-Nya di saat paling sulit. Apa yang mereka bisa banggakan?
Hanya kegagalan dan ketakutan.
Sabtu Itu Adalah Cermin Hidup Kita
Kita semua, dalam berbagai musim kehidupan, pernah
merasakan Sabtu yang sunyi. Saat doa-doa terasa seperti tidak dijawab. Saat
kematian, kehilangan, atau kegagalan menghantui. Ketika hidup tidak bergerak
maju, dan Tuhan seakan diam.
Sabtu bukan hari keputusasaan, melainkan hari
menunggu dalam gelap. Dan justru di dalam gelap itulah benih pengharapan
ditanam.
Ibrani 6:19
menyatakan:
“Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah
dilabuhkan sampai ke belakang tabir.”
Sabtu adalah saat sauh itu ditancapkan—bukan dalam keberhasilan, melainkan
dalam iman di tengah ketidakpastian.
Mazmur 130:1-8
menjadi ratapan yang jujur:
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan
firman-Nya."
Mazmur ini mengajarkan kita untuk menanti dalam iman, bukan menyerah
dalam keputusasaan.
Sabtu yang Diam, Tapi Tidak Sia-Sia
Yesus dikuburkan bukan sebagai tanda kekalahan,
tetapi sebagai awal dari penggenapan kemenangan. Bahkan dalam kematian-Nya, Dia
sedang bekerja. Sabtu mungkin terasa sunyi, tetapi Tuhan tidak pernah berhenti
bekerja dalam diam.
Yusuf dan Nikodemus adalah contoh bahwa iman bisa
tumbuh di tengah kehilangan, dan keberanian bisa muncul saat harapan tampak
sirna. Penguburan bukan akhir cerita. Sabtu adalah jeda sakral sebelum
kebangkitan.
Refleksi untuk Kita Saat Ini
Hari ini, banyak dari kita yang hidup di “Sabtu
rohani.” Kita takut kehilangan. Kita diselimuti kegagalan dan rasa bersalah.
Kita merasa ditinggalkan, tidak dimengerti, dan dikhianati oleh keadaan. Tapi
mari kita ingat:
Jika Yesus tetap setia sampai ke kubur, maka Ia pun
tetap setia ketika kita jatuh ke titik terdalam hidup kita.
Jika para murid yang penakut akhirnya menjadi
pemberita Injil yang gagah, maka Tuhan juga belum selesai dengan kita.
Penutup: Diam Tapi Penuh Harapan
Sabtu Pengharapan mengajarkan kita bahwa dalam diam,
ada kuasa. Dalam kesedihan, ada ruang bagi kasih. Dalam kematian, ada benih
kehidupan baru. Maka, di Sabtu ini, kita diajak untuk berani duduk dalam gelap,
sambil tetap percaya: Minggu akan datang. Kubur akan kosong. Harapan akan
menang.
Tuhan tidak pernah diam. Dia hanya
sedang mempersiapkan sesuatu yang belum kita lihat.
Jika kamu merasa hidupmu saat ini seperti Sabtu
itu—gelap, sepi, penuh penyesalan—berhentilah sejenak. Jangan lari. Duduklah.
Menangislah bila perlu. Tapi jangan lupa:
Yesus yang dikuburkan adalah Yesus yang akan bangkit. Dan Dia tidak pernah
meninggalkanmu.
Komentar
Posting Komentar