Pagi itu, langit masih
menyisakan aroma duka. Dua perempuan, Maria dan Maria yang lain, berjalan
perlahan menuju kubur. Mereka membawa rempah-rempah—bekal kasih untuk tubuh
yang terbujur kaku, tubuh yang pernah mereka peluk dan percaya sebagai Mesias.
Namun mereka tidak
tahu, pagi itu bukan sekadar pagi biasa. Itu adalah pagi ketika dunia
terbalik—bukan karena gempa semata, melainkan karena maut ditelan oleh
kemenangan.
Kubur kosong. Batu
terguling. Malaikat bersinar. Dan suara yang tak akan pernah dilupakan oleh
umat manusia:
“Ia tidak ada di sini.
Ia telah bangkit.”
Betapa luar biasanya,
ketika sebuah tempat duka justru menjadi titik awal dari pengharapan baru.
Kubur yang seharusnya menjadi akhir, malah menjadi awal dari sebuah cerita yang
tak akan pernah mati.
Mengapa Ini Penting
Bagi Kita Hari Ini?
Kita hidup di dunia
yang penuh kehilangan—kehilangan arah, kehilangan makna, bahkan kehilangan
harapan. Banyak hati yang merasa seolah hidup mereka telah ‘dikuburkan’ oleh
kegagalan, oleh trauma masa lalu, oleh deretan kekecewaan yang tak kunjung
sembuh.
Tetapi Paskah berkata: “Kubur
bukanlah akhir.”
Karena Kristus telah
bangkit, maka tidak ada luka yang terlalu dalam, tidak ada dosa yang terlalu
gelap, dan tidak ada masa lalu yang terlalu hancur sehingga tidak bisa dijamah
oleh kuasa kebangkitan-Nya.
Yesus tidak hanya
bangkit untuk menunjukkan kuasa-Nya, tetapi untuk membagikan hidup-Nya yang
baru kepada kita. Kebangkitan itu bukan pertunjukan, tetapi penebusan. Itu
bukan nostalgia rohani, tetapi undangan untuk mengalami kehidupan yang
diperbarui setiap hari.
Mengenal Kristus
Melalui Kuasa Kebangkitan (Filipi 3:10)
Rasul
Paulus, dalam pergulatan hidup dan penderitaannya, justru berkata:
“Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya...”
Ia tahu bahwa
pengenalan akan Kristus bukan hanya melalui doktrin, tetapi melalui hidup yang
dikuatkan oleh kuasa kebangkitan. Kebangkitan adalah energi yang mendorong kita
untuk terus berjalan meski dunia memaksa kita menyerah. Itu adalah napas yang
menghidupkan kembali harapan di saat semua terasa mati.
Kita dipanggil bukan
sekadar untuk percaya bahwa Yesus telah bangkit, tetapi untuk menghidupi
kebangkitan itu—dalam pengampunan yang kita beri, dalam pelayanan yang kita
lakukan, dalam kasih yang kita tabur meski kadang tak dianggap.
Dari Paskah Mesir
Menuju Paskah Kekal (Keluaran 12:1–14)
Sebelum salib, ada
darah anak domba di tiang pintu. Sebelum Yesus, ada Musa yang membawa umat
keluar dari perbudakan Mesir. Keluaran 12 mengisahkan malam di mana maut lewat
begitu saja, sebab rumah itu telah ditandai oleh darah.
Paskah lama menjadi
bayang-bayang dari Paskah yang kekal.
Kini, bukan lagi rumah
yang ditandai, tetapi hati kita yang dilayakkan oleh darah Kristus.
Darah-Nya membuat maut tak berdaya, dosa tak berkutik, dan masa depan tak lagi
suram.
Paskah bukan hanya
tentang “keluar dari Mesir” tetapi “masuk dalam pengharapan”. Ini adalah momen
ketika Allah sendiri berkata: “Aku menyelamatkan kamu, bukan karena kamu
layak, tetapi karena Aku mengasihi kamu.”
Yesus Bangkit untuk
Mengutus Kita
Perempuan-perempuan itu
bukan hanya saksi, mereka menjadi utusan.
“Pergi dan katakanlah
kepada saudara-saudara-Ku...” (Matius 28:10)
Pesan Paskah bukan
untuk disimpan, tapi untuk dibagikan. Sukacita kebangkitan bukan seperti bunga
yang layu bila dipetik, tetapi seperti api yang membesar ketika dibagikan. Kita
dipanggil untuk memberitakan bahwa hidup bisa berubah, bahwa dosa bisa diampuni,
dan bahwa harapan selalu mungkin.
Kita bukan hanya orang
yang diselamatkan. Kita adalah pembawa kabar baik. Paskah membuat kita menjadi
saksi dari sesuatu yang tidak bisa dibungkam oleh kematian sekalipun.
PASKAH BUKAN SEKADAR
MENGENANG, TAPI MENGHIDUPKAN.
Bukan hanya merayakan,
tapi menyalakan.
Yesus telah bangkit
dari dunia kematian—dan oleh karena itu, tidak ada lagi alasan untuk tetap
hidup dalam ketakutan. Tidak ada alasan untuk menyerah pada dunia yang gelap,
sebab terang telah datang. Dan terang itu tinggal di dalam setiap hati yang
percaya.
Bangkitlah bersama
Kristus.
Bangkit dari keletihanmu.
Bangkit
dari luka masa lalu.
Bangkit dari iman yang
redup.
Karena kuasa
kebangkitan itu tidak jauh. Ia telah datang, dan tinggal di dalammu.
"Kristus telah
bangkit. Dunia tidak lagi sama. Maka jangan pula hidupmu tetap sama."
"Bangkitlah, dan jadilah saksi dari kasih yang telah mengalahkan
maut."
Komentar
Posting Komentar